Selasa, 26 Maret 2013


TAWURAN

Tawuran sepertinya sudah menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia. Sehingga jika mendengar kata tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi. Hampir setiap minggu, berita itu menghiasi media massa. Bukan hanya tawuran antar pelajar saja yang menghiasi kolom-kolom media cetak, tetapi juga tawuran antar pemuda kampung, antar polisi pamong praja dengan pedagang kaki lima, sungguh menyedihkan. Inilah fenomena yang terjadi di masyarakat kita, dimana kekerasan lebih ditonjolkan, seperti mengaktifkan hukum rimba di era modern.
Tawuran antar pelajar maupun tawuran antar remaja semakin menjadi semenjak terciptanya geng-geng. Mereka selalu igin mejadi yang terkuat. Perilaku anarki selalu dipertontonkan di tengah-tengah masyarakat. Mereka itu sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa mengganggu ketenangan masyarakat.Sebaliknya mereka merasa bangga jika masyarakat itu takut dengan geng/kelompoknya. Seorang pelajar seharusnya tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji seperti itu.
Biasanya permusuhan antar sekolah dimulai dari masalah yang sangat sepele. Di mulai dari sebuah pertandingan yang berakhir dengan kerusuhan, perebutan seorang siswi oleh para teman lelaki, bahkan perkataan yang di anggap sebagai candaan mampu mengawali sebuah tindakan tawuran. Namun remaja yang masih labil tingkat emosinya justru menanggapinya sebagai sebuah tantangan. Pemicu lain biasanya rasa kesetiakawanan dan solidaritas yang tinggi, sehiggai para siswa tersebut akan membalas perlakuan yang di terima oleh temannya walaupun itu merupakan masalah pribadi.
Sebenarnya jika kita mau melihat lebih dalam lagi, salah satu akar permasalahannya adalah tingkat kesetressan siswa yang tinggi dan pemahaman agama yang masih rendah. Sebagaimana kita tahu bahwa materi pendidikan sekolah di Indonesia itu cukup berat. Di mulai dari padatnya proses KBM, banyaknya materi atau tugas yang di berikan oleh para guru. Akhirnya stress yang memuncak itu mereka tumpahkan dalam bentuk emosi yang tidak terkendali dan bisa berujung pada tindakan tawuran.
Dari aspek fisik,tawuran dapat menyababkan kematian dan luka berat bagi para siswa. Dari aspek materi kerusakan parah pada kendaraan dan bangunan yang terkena lemparan batu bisa mencapai total puluhan juta. Sedangkan aspek mentalnya, tawuran dapat menyebabkan trauma pada para siswa yang menjadi korban, para siswa yang tidak tahu masalahnya juga dapat menjadi korban hanya karena mengenakan seragam yang sama. Dapat di simpulkan bahwa tawuran sama sekali tidak memiliki dampak positif, menyebabkan kerusakan materi dan juga mental para generasi muda, dan menurunkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Setelah kita tahu akar permasalahannya, sekarang yang terpenting adalah bagaimana menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan persoalan ini. Dalam hal ini, seluruh lapisan masyarakat yaitu, orang tua , guru/sekolah  dan   pemerintah.
Pendidikan yang paling dasar dimulai dari rumah. Orang tua sendiri harus aktif menjaga emosi anak. Pola mendidik mungkin perlu dirubah atau diberi terobosan baru. Orang tua seharusnya tidak mendikte anak, tetapi memberi keteladanan.Tidak mengekang anak dalam beraktifitas yang positif. Menghindari kekerasan dalam rumah tangga sehingga tercipta suasana rumah yang aman dan nyaman bagi tumbuh kembang si anak. Menanamkan dasar-dasar agama pada proses pendidikan, dan yangà tidak kalah penting adalah membatasi anak melihat kekerasan yang ditayangkan televisi. Media ini memang paling berperan dalam pertumbuhan mental anak. Orang tua harus pandai-pandai memilih tontonan yang positif sehingga bisa menjadi tuntunan buat anak.Untuk membatasi tantonan untuk usia remaja memang lumayan sulit bagi orang tua. Karena internetpun dapat diakses secara bebas dan orang tua tidak bisa membendung perkembangan teknologi yang semakin pesat. Filter yang baik untuk anak adalah Agama dengan Agama seorang anak bisa membentengi dirinya sendiri dari pengaruh buruk apapun dan dari manapun. Dan pendidikan anak tidak seharusnya diserahkan seratus persen pada sekolah meskipun sebagian waktu siswa di habiskan di lingkungan sekolah.
Untuk meminimalkan tawuran antar pelajar, sekolah harus menerapkan aturan tata tertib yang lebih ketat, tidak hanya peraturan di saat siswa berada di lingkungan sekolah, peraturan dan tata tertib di luar sekolah harus juga di berikan selama siswa tersebut masih menjadi bagian dari sekolah tersebut. Hal ini bertujuan agar siswa dan siswi mampu mejaga perilaku pada jam-jam di luar sekolah. Yang kedua peran bimbingan konseling harus diaktifkan dalam rangka pembinaan mental siswa, membatu menemukan solusi bagi siswa yang mempunyai masalah sehingga persoalan-persoalan siswa yang semula menjadi pemicu sebuah tawuran dapat dicegah. Yang ketiga mengkondisikan suasana sekolah yang ramah dan penuh kasih sayang. Peran guru disekolah semestinya tidak hanya mengajar tetapi menggatikan peran orang tua mereka. Yang keempat penyediaan fasilitas untuk menyalurkan minat dan bakat àsiswa. Contohnya menyediakan program ektra kurikuler bagi siswa. Pada usia remaja para siswa cenderung memiliki waktu yang terbuang sia sia sehingga perlu disalurkan lewat kegiatan yang positif sehingga tidak berubah menjadi agresivitas yang merugikan.
Dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler Ini sekolah membutuhkan prasarana dan sarana, seperti arena olahraga dan perlengkapan kesenian, yang sejauh ini di rasa belum memadai, bahkan ada beberapa sekolah yang tidak memiliki sarana dan fasilitas tersebut. Oleh karenanya, pemerintah perlu mensubsidi lebih banyak lagi fasilitas olahraga dan seni. Dari segi hokum Pemerintah harus tegas dalam menerapkan sanksi hukum Berilah efek jera pada siswa yang melakukan tawuran sehingga mereka akan berpikir seratus kali jika akan melakukan tawuran lagi. Karena bagaimanapun mereka adalah aset bangsa yang berharga dan harus terus dijaga untuk membangun bangsa ini, jangan sampai aset-aset tersebut tidak terpakai dengan semestinya dan hanya akan menambah tumpukan sampah di negeri ini. Perubahan sosial yang diakibatkan karena sering terjadinya tawuran, mengakibatkan norma-norma menjadi terabaikan. Selain itu, menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek hubungan social dalam masyarakat..

Kesimpulan saya..:
        Setarakan setiap sekolah tidak ada betaraf internasional dan sejenisnya, selalu adakan komputesi antar sekolah, adakan kerja sama antar pihak sekolah maupun warga dengan pihak berwajib, agar mudah terjangkau jika ada tindakan tawuran antar pelajar, warga, mahasiswa, maupun aparat terkait..
        Agar warga yang bertikai dapat diatur dengan baik dan tidak ada aparat yang arogansi/melakukan pelecehan terhadap warga. Sehingga dapet terselesaikan dengan baik..

SUMBER..:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar