Jumat, 11 Mei 2012

BENTUK & SUMBER KONFLIK DI ORGANISASI PENDIDIKAN a.


a.      Konsep Konflik
Menurut Vliert (dalam Robins, 2001) dalam 25 tahun terakhir ini, definisi konfliktelah mengalami kemajuan besar, ke arah mengatasi streotip negatif yangdiberikan kepada konflik. Dalam pandangan yang baru ini, konflik dilihat sebagaisuatu hubungan atau interaksi. Pandangan serupa terlihat dari definisi konflikyang dikemukakan oleh Cummings yang dikutip Akdon (2005) bahwa konflik merupakan suatu proses interaksi sosial dimana dua orang atau lebih, atau dua kelompok atau lebih, berbeda atau bertentangan dalam pendapat atau tujuan mereka.

Menurut Winardi (2004), secara konseptual dari proses interaksi ini, dapat memunculkan konflik, yang dapat dibagi atas tiga tipe yakni:
1) Goal Conflict (konflik tujuan), yaitu konflik yang akan terjadi apabila keadaan akhir yang diinginkan ternyata tidak sesuai satu sama lain.
2) Cognitive Conflict (konflik kognitif), yaitu konflik yang timbul apabila para individu menyadari bahwa ide-ide mereka tidak konsisten satu sama lain.
3) Affective Conflict (konflik afektif), yaitu konflik yang timbul apabila perasaan atau emosi tidak sesuai satu sama lain.
Berdasarkan konsep-konsep di atas, Winardi (2004) menyatakan bahwa untuk adanya konflik, setidaknya harus ada dua pihak; masing-masing memobilisasi energi untuk mencapai tujuan tertentu; dan masing-masing beranggapan bahwa pihak lain merupakan “ancaman” baginya dalam mencapai tujuan tersebut.
 Pendapat yang sama dari Handoko (2003) bahwa hakekat konflik adalah segala bentuk interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua pihak atau lebih.
Dari pendapat-pendapat di atas terlihat bahwa konflik dapat tercipta akibat adanya hubungan. Menurut Kusnadi dan Wahyudi (2004:22-27), ditinjau dari segi hubungan, maka konflik dapat diklasifikasikan atas enam jenis konflik yakni:
(1) Konflik ditinjau dari segi tujuan organisasi terbagi atas konflik fungsional, dan konflik disfungsional
(2) Konflik ditinjau dari segi posisi pelaku yang berkonflik terbagi atas konflik vertikal, horizontal, dan konflik diagonal
(3) Konflik ditinjau dari segi waktu terbagi atas konflik sesaat, dan konflik berkelanjutan,
(4) Konflik ditinjau dari segi pengendalian terbagi atas konflik terkendali dan konflik tak terkendali
(5) Konflik ditinjau dari segi sistematika konflik terbagi atas konflik sistematis, dan non-sistematis
(6) Konflik ditinjau dari segi aktivitas manusia terbagi atas konflik ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan, dan konflik agama
Dengan melihat klasifikasi konflik di atas dapatlah kita katakan bahwa konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan karena konflik dapat terjadi pada semua lini aktivitas kehidupan manusia. Hal ini ditegaskan pula oleh Hendrik (2001) bahwa konflik selalu melekat dalam jalinan kehidupan manusia. Namun demikian dalam penelitian ini, konflik yang akan dianalisis dibatasi pada konflik yang relevan dan lazim terjadi dalam organisasi pendidikan.

b. Sumber dan karakteristik konflik di Organisasi Pendidikan
Menurut Hanson (2003) ada tiga hal yang menjadi penyebab munculnya konflik organisasi yakni: (1) adanya interaksi di dalam dan antar tingkatan formal organisasi; (2) adanya interaksi di dalam dan antar tingkatan informal organisasi; dan (3) adanya interaksi antar tingkatan formal organisasi dengan tingkatan informal organisasi. Selanjutnya kata Hanson (2003), ketiga sumber konflik ini dimanifestasikan dalam duabelas bentuk:
1. Intrarole conflict, yaitu konflik dalam diri seseorang karena harus memainkan seperangkat peran atau karena adanya ambiguitas dari peran yang dimainkan.
2. Interrole conflict, yaitu suatu konflik yang dikarenakan dua (atau lebih) peran yang harus dimainkan/dilakukan secara bersamaan.
3. Intradepartemental conflict, yaitu ketika seorang anggota pada suatu unit yang sama dengan suatu keahlian khusus tidak dapat menyetujui suatu “issue” penting.
4. Interdepartemental conflict, yaitu konflik yang terjadi karena dua unit dalam organisasi yang berusaha (bersaing) untuk mengedepankan tujuan dan interest masing-masing.
5. Intraorganizational conflict, yaitu bentuk perselisihan antar hirarki (jenjang) misalnya antar guru dan dewan pengawas.
6. Organization environment conflict, yaitu tuntutan, tekanan atau harapan yang datang dari luar yang ingin mempengaruhi kebijakan internal.
7. intrapersonal conflict, penyebabnya adalah ketidak-mampuan orang tua untuk mengembangkan pola interaksi yang sehat.
8. Interpersonal conflict, berupa konflik antar pribadi karena adanya motif-motif pribadi.
9. Intragroup conflict, yakni ketika dua anggota memperebutkan satu pekerjaan (jabatan) dan kondisi ini semakin diperburuk ketika anggota-anggota lainnya mengelompok pada dua kubu yang menjadi kandidat.
10. intergroup conflict, konflik ini berupa perselisihan atau beda pendapat antar golongan tua dengan yang lebih muda.
11. interinformal system conflict, yaitu konflik yang disebabkan karena adanya rancangan usulan unifikasi antar sistem informal beserta penyesuaian-penyesuaiannya.
12. Informal system-environmental conflict, yakni konflik pada tingkatan-tingkatan informal karena tekanan yang datang dari lingkungan eksternal, namun umumnya terjadi pada tingkatan “intrapersonal”

Terkait dengan konflik yang diakibatkan oleh role (peran) yang harus dimainkan oleh individu, Katz dan Khan (dalam Stoner, 1986: 168-169) membaginya dalam enam jenis konflik peran yakni :
(1) Konflik dalam diri pengirim, yaitu konflik yang terjadi jika seorang pimpinan memberikan serangkaian perintah atau harapan yang saling bertentangan,
(2) Konflik antar pengirim, yaitu konflik yang timbul apabila perintah atau harapan dari satu orang atau kelompok bertentangan dengan perintah atau harapan dari satu orang atau kelompok yang lain,
(3) Konflik antar peran, yaitu konflik yang terjadi akibat peran berbeda yang harus dimainkan oleh orang yang sama sehingga mengakibatkan tuntutan peran yang bertentangan,
(4) Konflik pribadi-peran, yaitu konflik muncul karena tuntutan peran dalam pekerjaan, bertentangan dengan kebutuhan atau nilai individu,
(5) Konflik beban-peran yang berlebihan, yaitu konflik yang muncul akibat individu dihadapkan dengan perintah atau harapan dari sejumlah sumber yang tidak dapat diselesaikan dalam batas waktu dan kualitas tertentu,
(6) Kekaburan Peran, yaitu konflik yang timbul akibat informasi yang tidak memadai.
Dari berbagai pendapat di atas, maka karakteristik sumber-sumber konflik, dapat kita kelompokan atas : (1) konflik dalam diri invidu, (2) konflik antar individu, (3) konflik antar kelompok, dan (4) konflik antara individu dengan kelompok.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar